Rabu, 01 Januari 2014

Cerpen Medali Terakhirnya


Medali Terakhirnya


Siang itu angin bertiup kencang dan tak tentu arah, awan mendung datang hingga langit
meneteskan air hujan seakan menjadi gambaran suasana hatiku saat itu. Bagaimana tidak sedih kalau
saat itu aku mendengan kabar bahwa dana dari sekolah untuk keberangkatanku dan tiga temanku
lainnya untuk mengikuti lomba silat di tingkat Provinsi tidak ada. Padahal kami sudah latihan mati-matian. Boleh di bilang latihan kami itu mengerahkan segala daya dan upaya walaupun kadang kala .masih kurang maksimal karna fasilitas-fasilitas yang kurang lengkap di daerah kami.
Ya…maklumlah tinggal di pulau kecil. Namun, walaupun dengan keterbatasan yang ada kami tetap
berusaha keras dan akan membuktikan kepada semua orang bahwa anak pulau juga bisa sukses dan
tidak kalah dengan anak-anak kota sana. Kami menggunakan alam sebagai fasilitas kami untuk
latihan. Ya…seperti lari di pasir dan mengangkat teman untuk latihan beban. Namun sayangnya
semangat itu hampir hilang karna kabar tidak adanya dana tadi dan terpaksa harus berangkat dengan
dana sendiri-sendiri. Sementara orang tuaku hidup dengan bekerja sebagai petani yang
penghasilannya tidak menentu dan sulit untuk mendapatkan uang dalam waktu yang singkat.
Malam harinya, aku tidak nonton TV bersama keluargaku seperti biasanya karna saat itu aku merasa
ngantuk jadi habis sholat isyak aku langsung tidur. Hingga beberapa lama kemudian aku melihat
sebuah mahkota yang indah, terbuat dari emas asli dengan hiasan tiga permata berkilau berjajar di
mahkota itu. Dan di atas tiga permata itu ada satu permata yang lebih   indah dari permata lainya.
Mahkota itu di jaga oleh seorang wanita cantik memakai gaun putih seperti putri kerajaan gitu
deh,,,,,. Banyak orang yang berlari-lari untuk mendapatkan mahkota itu tetapi mereka tidak ada yang
berhasil mendapatkannya. Hingga aku juga tertarik untuk mendapatkannya. Aku mulai berjalan
pelan-pelan mendakati mahkota itu. Tetapi sebelum sampai ke mahkota itu akupun terjatuh.
Meskipun terjatuh tetapi aku terus berusaha untuk mendekati mahkota itu dengan merangkak karna
kakiku tak kuat lagi untuk berdiri. Dan akhirnya aku sampai juga di meja itu. Kemudian wanita itu
memegang tanganku dan berkata ‘’ berdirilah’’ aku berusaha berdiri dengan memegang tangannya
hingga aku kini berdiri di depannya ‘’ pakailah mahkota ini dan bawalah aku pulang bersamamu
untuk menemani hari-harimu’’ kata wanita itu sambil memakaikan mahkota di kepalaku, lalu aku
menggandengnya. Tiba-tiba terdengar ‘’allahuakbar-allahuaakbar’’ hemmmm,,, akupun terbangun
dari tidurku dan mematikan alarem Hpku, ternyata mahkota dan wanita itu hanyalah sebuah mimpi ,
aku lihat HPku ternyata sudah jam 01.30 WIB. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju ke kamar
mandi masih dengan bayang-bayang mimpi itu di kepalaku, baru bayangan itu hilang dari fikiranku
setelah aku membasuh wajahku dengan air whuduk. Kemudian selesai ambil whuduk aku kembali ke
kamar. Terus memakai sarung,baju serta kopyah. Tak lama setelah itu ku ambil sejadah di lemariku
dan ku bentangkan di lantai lalu selanjutnya akupun sholat tahajjud dua rakaat. Setelah salam ku
tengadahkan kedua tanganku memohon ampun kepada ALLAH SWT. Selanjutnya setelah selesai
do’a ku usap wajahku dengan kedua tanganku di teruskan dengan sujud. Dalam sujud itu ku
curahkan dan aku sampaikan semua keinginanku. Selesai sujud aku ganti baju dan tidur lagi. Akupun
tertidur pulas dengan seketika. Setelah bangun ternyata sudah jam 05.45 WIB. Aku hampir telat
sholat subuh. Lalu aku mengambil wudhuk dengan segera dan langsung sholat subuh. Untunglah,
ternyata ALLAH masih memberiku kesempatan untuk sholat subuh. Sehabis itu aku mengambil sapu
dan memberantas sampah-sampah hingga lantai dan halaman rumahku bersih. Kemudian makan pagi,
mandi terus berangkat ke sekolah. Begitulah aktifitasku setiap hari.

  Sepulangnya dari sekolah aku sholat dhuhur dulu. Di lanjutkan makan siang dan sudah
menjadi rutinitas setiap sore dan pergi ke latihan silat di sekolah. Sesampainya di tempat latihan aku
dan empat teman lainnya berdo’a sebelum latihan. Setelah itu kami melakukan pemanasan supaya
otot kami tidak terkejut nantinya saat melakukan gerak. Pelatih kami datang tidak lama setelah kami
selesai melakukan pemanasan dan  dia langsung mengambil Stopwath dan peluit sambil menjalankan
Stopwath yang di pegangnya. Kami pun mulai berlari sampai akhirnya terdengar bunyi peluit, kami
baru berhenti karna itu tandanya sudah sampai 12 menit. Belum selesai capek karna lari. Kami
langsung di suruh Push-up, Set-up, Back-up dan Updominal. Lima latihan itu adalah menu wajib
latihan kami yang harus di lakukan setiap hari. Baru yang lima itu selesai beralih kelatihan teknik
yaitu memperagakan jurus tunggal yang berjumlah seratus gerak dengan empat kali pengulangan. Dan
setiap peragaan harus selesai dengan durasi waktu 3 menit tidak boleh kurang dan lebih. Selesai
latihan kami selalu berdo’a sebelum pulang. Selesai berdo’a kami langsung menuju parkir untuk
mengambil sepeda. Tiba-tiba andi berkata ’’hay,,,gimana kita besok dah berangkat ni,udah siap
belum?’’  jawab Ana dan Sila dengan serempak.’’Kamu dit, gimana siap, kok diam saja dari tadi ?’’
Andi bertanya sambil menatapku.’’Ya aku juga siap’’ jawabku dengan sura pelan.’’masalah dana?’’
Andi kembali bertanya kepadaku. Akupun menarik nafasku dalam-dalm kemudian menjawab
pertanyaan Andi ‘’ya,,,Andi aku pakai semua tabunganku untuk bisa ikut pertandingan
ini’’.’’baguslah kalau sudah siap semua,semoga kita dapat gelar juara’’ kata Andi dengan lega.
Ana,Syila, dan Aku menjawab dengan segera dan serempak ‘’AMIN”!.’’ Ayo kita pulang besok
langsung ngumpul di dermaga’’ kata Syila sambil menyalakan sepeda motornya. ‘’ok’’ jawab kami
dengan serempak. Kami pun akhirnya pulang kerumah masing-masing. Aku sampai di rumah saat
matahari hampir terbenam. Akupun langsung mandi dan tak lama setelah aku selesai mandi terdengar
kumandang suara azan magrib. Lalu aku sholat magrib di teruskan mengaji sampai tiba waktu sholat
isyak, habis sholat isyak aku baru mengganti bajuku dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan di
bawa besok. Baru setelah itu aku nonton TV bersama keluargaku. kira-kira jam 09.00 malam aku
masuk ke kamarku terus tidur. 

  Keesokan harinya, 12 february 2012. Aku sudah siap berangkat dengan semua peralatan yang
akan di bawa. Namun sebelum berangkat aku melaksanakan sholat dhuha dua rakaat terlebih dahulu.
Setelah itu aku pamit pada ibuku, sebelum keluar pintu aku diam sejenak di pintu dan memejamkan
mataku sambil membaca do’a.

 ‘’bismikallahitawakkaltu alallah lahaula wa laquwwata illa billahil a’liul adzim’’. Kemudian ku
langkahkan kaki kananku keluar dari pintu rumahku. Ayahku mengantarkan aku ke dermaga. Sampai
di dermaga ternyata Mas Jaja, Ana, Syila dan Andi sudah datang duluan. Pukul 10.00 WIB perahu
yang membawaku berangkat. Ku lihat lambaian tangan ayahku dari perahu yang semakin lama
semakin mengecil dan akhirnya aku tak dapat lagi melihatnya. Empat jam lamanya aku menikmati
panorama indahnya laut dan pukul 14.15 menit kami sampai di pelabuhan kalianget. Kami mampir di
warung sebentar untuk mengisi perut yang kosong. Setelah dahaga dan rasa lapar kami terobati.
Kamipun kembali melanjutkan perjalanan kami. Tempat yang kami tujuh adalah kota Malang karna
disana tempat diadakaannya pertandingan tingkat provinsi tersebut. Tetapi kami sengaja mampir
dulu di pamekasan selama satu minggu untuk latihan bersama antara kontingen perisai diri sumenep
dan tim perisai diri pamekasan. Dua kontingen ini bersatu dengan nama kontingen perisai diri
Madura. Saat aku masuk kerumah pelatih PD ( perisai diri ) pamekasan yang merupakan tempat
tinggal kami selama satu minggu. Mataku tiba-tiba terpana melihat seorang gadis memakai kerudung
merah dan jantungku langsung berdetak lebih kencang, tubuhku panas serta keringatku mengalir
dengan deras. Karena waktu itu sudah sore jadi kami tim perisai diri sumenep langsung meletakkan
tas kami dan membaringkan tubuh kami di kamar yang sudah di sediakan untuk melepas penat selama
perjalanan. Tak lama kemudian terdengar suara ketokan pintu ‘’tok-tok-tok,’’assalamualaikum’’.’’
“Waalaikum salam. Dit,, bukakan pintunya’’ suruh mas Jaja kepadaku. ‘’ya mas’’ jawab aku. Aku
segera membuka pintu dan setelah aku buka ternyata yang di balik pintu adalah gadis berkerudung
merah itu terlihat membawa minuman dan camilan di tangannya.’’ Ma,,masuklah’’ aku menyuruhnya
masuk dengan suara gugup. Aku gak tau kenapa setiap kali ada dia selalu ada rasa yang tak biasa
pada diriku dan hal ini baru pertama kali aku rasakan.’’ini minuman dan camilan untuk mengganjal
perut kalian dulu’’ kata wanita itu sembari manyuguhkan minuman dan camilan itu dengan senyum
manis.’’makasi, gak usaa repot-repot dek’’ kata mas jaja.’’gak repot kok mas’’ jawab wanita itu. Lalu
wanita itu keluar dari kamar kami. Akan tetapi bayangannya tak perna lepas dari mataku. Karena
saking penasarannya aku dengan wanita itu. Tanpa sadar aku langsung bertanya kepada mas jaja
pelatihku’’ mas, itu siapa?.’’ ‘’ oh itu aisyah. Dia juga akan ikut pertandingan di malang turun serang
hinder kelas B remaja putri. Emangnya kenapa?’’ mas jaja balik nanya.’’ ‘’ gak kenapa-kenapa mas’’
jawab aku. ‘’ ah paling dia naksir cewek itu mas’’. Kata Andi.’’ Cie- cie….cinta pada pandangan
pertama nihhh’’ sambung ana dan syila dengan kompak. ‘’ ah kalian ini ‘’ aku mencoba mengelak . ‘’
heheheh…sudah-sudah kalian harus fokus ke pertandingan jangan mikirin yang lain’’ mas Jaja
mengingatkan kami. Suasana menjadi sepi kembali. Ana dan syila kembali merapikan baju-baju yang
ada di tasnya. Andi sibuk melatih pukulan-pukulannya. Sementara aku sendiri mencoba menghapus
bayang-bayang wanita itu dengan melatih jurus golokku. 

Hari pertama latihan di pamekasan suasananya agar berbeda karena di sini kita hanya fokus
ke pertandingan. Tidak memikirkan sekolah dan pelajaran. Pagi-pagi sebelum matahari terbit kami
sudah melakukan STREACING. Pada hari pertama ini kontingen PD sumenep dan kontingen PD
pamekasan berkenalan terlabih dahulu. Baru setelah itu melakukan STREACING atau pemanasan.
Selanjutnya lari selama 20 menit. Kemudian lari cepat 100 meter sebanyak 5 kali, terus setelah itu lari
bolak-balik dan Bumerang-Run masing-masing sebanyak 5 kali. Dan menu latihan yang terakhir
untuk pagi adalah permainan seperti bermain bola, bola kasti dan permainan lain yang membuat kita
capek. Setelah itu, pertandingan dan beberapa minit setelah itu kami semua makan pagi. Latihan
pada sore hari ini di fokuskan pada tehnik bukan fisik seperti pada latihan pagi. Latihan teknik sama
dengan yang latihan di sapudi hanya saja latihan memperagakan jurus tunggalnya di ulang sepulah
kali.
  Hari kedua menu latihannya tidak jauh beda dengan latihan yang hari pertama. Para atlet
kontingen Madura semakin akrab. Begitupun rasa yang aneh yang aku rasakan pada aisyah wanita
kerudung merah itu semakin besar apalagi saat dia memberikan air untukku saat istirahat latihan
teknik. Dia begitu perhatian kepadaku, senyumnya yang manis, sikapnya yang baik, tidak pantang
menyerah dan semua yang ada padanya membuat aku tak bisa menghapus bayangannya dalam memori
otakku. Dua hari kenal ternyata sudah cukup untuk membuat aku dan dia akrab. Aku semakin
tertarik padanya. Di selalu memberikan semangat untukku.

   Hari ketiga kami sudah terbiasa dengan latihan-latihan fisik dan teknik yang di berikan oleh
para pelatih. Hari ke tiga ini adalah hari terakhir kita latihan keras karena latihan sudah tinggal
empat hari lagi takutnya kalu terus di paksa otot akan mencapai titik jenuh sehingga tidak maksimal
nantinya dalam pertandingan. Hari ini ada suatu kejadian yang dramatis. Saat itu aisyah sedang
latihan gerakan-gerakan keseimbangan seperti kuda-kuda dengan satu kaki. Namun ternyata dia
hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan. Dan anehna aku secara spontan langsung
menyanggahnya sehingga dia tidak terjatuh. Di saat aku menyanggahnya dia menatap mataku
seakan-akan memberikan sinyal yang sama seperti sinyal yang kuberi padanya namun aku sendiri
tidak pernah tau sinyal apakah itu. Aku segera melepaskan tanganku darinya karena mendengar
perkataan mas jaja “Aisya, Ayo latihan lagi ! tolong keseimbangannya ditingkatkan lagi”. “Makasih
ya !” kata Aisyah sambil dia berdiri untuk latihan lagi. Dan akupun kembali melanjutkan latihanku
juga.
  

Hari berlalu begitu cepat. Langit diufuk barat kini menampakkan wajahnya dengan 
warna agak kemerah-merahan. Dan matahari mulai malu menampakkan sinarnya serta 
bersembunyi dari pandanganku. ya itulah tandanya latihan terakhir ini sudah berakhir.Aku terasa
berat mengakhiri hari ini karena jika hari berakhir maka aku tidak bisa melihat sikerudung Merah itu.
Akan tetapi,aku harus rela hati ini juga untuk kebaikannya.

   Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah bangun. aku keluar sendirian menghirup udara
segar sambil melakukan gerakan-gerakan ringan ( kring……kring……)bunyi sms. kemudian aku
lihat Hpku dan kubaca pesanku. Aku terkejut saat membaca pesan yang kuterima dari nomor yang
sebelumnya tidak pernah aku kenal. SMS itu berisi ancaman kepadaku supaya mundur dari
pertandingan yang akan aku ikuti. Aku tidak membalas sms itu karena aku fikir itu hanya orang
iseng aja. Beberapa menit kemudian ada sms lagi dari nomer yang sama “Aku gak pernah main-main,
mundur dari kejurda ini atau kamu akan tau akibatnya”. bunyi sms itu “deg,,dug” tiba-tiba jantungku
berdetak lebih keras dan cepat. Aku rasa ini bukan lagi orang iseng tapi memang beneran. Karena
khawatir aku bercerita tentang semua itu keaisyah melalui sms. Aisyah menyuruhku memberitahukan
masalah ini ke mas jaja dan mbak ati selaku OFFICAL dan sekaligus pelatih kami. Namun aku tidak
ingin menambah beban mereka.Aku ingin menyelesaikan masalah ini bersama aisyah tanpa ada orang
lain yang tau.

  Kini sudah tiba waktunya kontingen Madura berangkat ke kota malang. Semua atlet sudah
berkumpul lagi dirumahnya mbak ati dengan segala perlengkapannya. Kami berangkat tak lama
setelah raja siang menampakkan wajahnya. Dengan bus yang sederhana kami berangkat dari
pamekkasan temanku yang lain sepertinya sangat menikmati perjalanan ini. Apalagi saat kami
singgah di warung makan di sekitar pintu masuk menuju jembatan suramadu Mereka asyik foto-foto,
bercanda dan ngobrol-ngobrol sambil menyantap makanan yang dibelinya. Sementara aku hanya
berdiam diri. Ya sms itu masih menghantui pikiranku. Saat aku duduk diam membisu datang aisyah
memberi motivasi kepadaku “sudah jangan terlalu difikirkan mungkin itu Cuma orang iseng, Lagian
kamu kan gak tau dia”. 
‘’iya sih, tapi aku takut dia itu nyakitin orang-orang yang aku sayang kalau cuma aku yang di ancam
sih gak takut sama sekali’’ jawab aku. ”lebih baik kamu berdo’a saja, serakan semuanya kepada
Allah.’’ Aisyah ngasi saran ke aku “ iya betul” sahut aku. 

Obrolan kami terhenti karna kami akan melanjutkan perjalanan. Kami masuk kembali ke
Bus. Kali ini aku duduk bersama Aisyah di dekat jendela. Perjalanan ini terasa lebih indah. Panorama
jembatan suramadu yang indah, di tamba angin bertiup sepoy-sepoy membisikkan syair-syair cinta
kepadaku. Tak terasa kita sudah sampai di kota malang. Suasana yang panas berubah menjadi dingin,
padahal aku waktu itu masih siang bolong. Bus berhenti di rumah dekat tempat pertandingan yang
kami sewa selama pertandingan berlangsung.“ Anak-anak kalian turun dan langsung istirahat di
rumah ini, yang mau sholat, sholat dulu, saya dan mbak atinya mau k secretariat pertandingan untuk
pendaftaran ulang kalian, mengerti?” kata mas Jaja. “ ya mas” jawab kami. Mereka berdua berangkat
ke secretariat pertandingan. Dan kamipun masuk kedalam rumah itu. Karena tidak ada kegiatan, aku
mengambil HPku dan login di facebook. Aku mendapat 6 pesan di Fb. Setelah aku buka, aku terkejut
saat melihat pesan terbaruku yang di kirim oleh orang misterius itu.
“Rupanya nyalimu besar juga, temui aku di depan rumahmu” pesan misterius itu
“Siapa kamu dan kenapa aku harus menemuimu?” balasan dari aku
“Kamu tidak perlu tau siapa aku, temui saja aku sekarang”
“Sebenarnya apa maumu”?
Masih Tanya, aku mau kau tidak ikut dalam pertandingan ini”.
“Apa alasannya”?
“Jangan banyak Tanya, sekarang temui saja aku”
“Baiklah”!
  Akupun keluar untuk menemui dia. namun, setelah aku membuka pintu pagar rumah, aku
tidak menemukan seorangpun yang kutemui hanyalah bingkisan yang ada di depan pagar. Aku
penasaran dengan isi bingkisan itu. Kemudian aku membuka bingkisan itu dan ternyata isinya adalah
ayam yang di sembelih dan surat dengan tulisan darah ayam itu.”mundur dari kopetensi ini atau
kamu akan bernasib sama seperti ayam itu” isi surat itu. Dan tiba-tiba ada seseorang yang
menendangku dari belakang. Aku terjatuh, aku tak bisa melihat wajah orang misterius itu karena dia
menggunakan topeng. Aku berusaha bangun akan tetapi dia menyerangku lagi. Perkelahian tak bisa
di bendung lagi, ia memukul dengan tangan kananya tapi, aku memutar badanku kekanan dan
langsung memukulnya dengan cepat dan keras tepat dadanya. Tetapi, sayangnya dia tidak mereskon
pukulanku. Seperti dia sudah menguasai pernafasan dengan sempurna. Kami saling pukul, saling
tendang, saling tolak dan saling serang hingga akhirnya dia menendang aku dari kejauhan dengan
seluruh kekuatannya. 

Untungnya dia tidak mempunyai serangan yang cepat walaupun serangannya sangat keras. Dengan
mudah aku dapat menangkap kakinya. Lalu kuangkat dan ku jatuhkan orang misterius itu ke tanah
dengan cepat dan keras. Hah sayangnya lagi-lagi dia tidak merasakan kesakitan dan malah setelah
terjatuh di tanah dia menyapu kakiku hingga aku terjatuh. Dia bangun dan bersiap-siap
menginjakku. Aku memejamkan mataku dan ku keraskan tubuhku hanya itulah yang bias aku
lakukan karena aku masih belum sanggup berdiri.” BRUKKKKK!” suara tendangan terdengar keras.
Aku kira aku sudah di injak oleh dia tetapi setelah aku buka mataku, aku tidak apa-apa dan ternyata
orang itu memegang rusuknya dan merasa kesakitan karena terkena tendangan sabit dari mas Jaja .
kemudian orang itu lari terburu-buru.
“ Dit, bangunlah “ kata mas Jaja sambil memberikan tangannya.
‘’ makasih mas, mungkin aku sudah mati kalau tidak ada mas”.
“ sebenarnya ap yang telah terjadi?”
“ orang itu menerorku mas, dia ingiin aku tidak ikut dalam pertandingan”
“ kenapa kamu baru cerita sekarang?”
“soalnya aku takut menambah beban mas dan mbak”
“ya, jangan kefikiran teror itu lagi, dia gak akan berani ganggu kamu lagi. Sekarang kamu focus ke
pertandingan saja”
“ ya mas”
 “ sudah,sudah, ayo masuk dulu biar cepat aku obati” sambung mbak ati dari dalam bus
Kami akhirnya menghentikan obrolan kami dan masuk kedalam rumah 

  Malam harinya, semua kontingen berkumpul di tempat pertandingan. Malam itu peserta dan
wasit juri di hibur sebelum memasuki pertandingan. Kami malam itu benar-benar menikmati
panggung hiburan itu. Apalagi di tambah hidangan makanannya yang enak-enak. Saat itu malam
yang sangat meriah karena semua pesilat pilihan dari masing-masing kota atau kabupaten di jawa
timur berkumpul di suatu tempat. Dan aku semakin senang karena sampai saat ini orang misterius itu
tidak meneror aku lagi.

  Keesokan harinya pukul 07.00 kontingen kami semua berangkat ke gelenggang untuk
mengikuti upacara pembukaan. Upacara menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya. Pertandingan
di buka dengan di pukulnya gong sebanyak tiga kali oleh pak gubeur jawa timur (pak de Karwo). 

Selesai upacara pembukaan pertandingan di mulai dari babak penyisihan untuk kategori
pertarungan versi IPSI dan serang hindar di putaran ini semua atlet PD Madura masih bartahan.
Tetapi di putaran ke dua dua atlet putra dari Pamekasan gugur. Sementara Ana dan Syinta gugur
saat memperebutkan tiket menuju semi final. Aku baru bermain di hari ke empat untuk babak
penyisihan. Jumlah peserta untuk ketegori jurus tunggal putra adalah PUL B= 15 orang. Aku masuk
PUL A. Alhamdulillah di babak penyisihan aku berhasil masuk final. Di PUL A yang masuk final
adalah pesilat dari Madura yaitu aku, dari Malang dan dari Surabaya. Sementara yang masuk PUL
B pesilat dari Banyuwangi, Mojokerto dan Pasuruan. Enam pesilat seni ini akan diadu lagi dan di
ambil tiga pemenang dalam babak final. Saat ini yang masih bertahan dari kontingen Madura aku,
Syila dan Aisyah serta Andi. Aku babak finalnya masih hari terakhir. Saat Andi main di babak final,
kami semua mendukungnya pertandingan menuju babak final antara Andi pesilat dari Madura
melawan Ach. Yani dari Malang. Kami hampir tak bisa bernafas saat andi tergeletak di gelenggang
akibat pukulan Yani yang salah sasaran mengenai mata Andi. 

Andi cukup lama tergeletak sampai dokter pertandingan di panggil oleh wasit untuk
memeriksa andi. Kerena pukulan yani salah sasaran maka yani langsung di diskualifikasi. Hal ini
sudah di lakukan yani sebanyak tiga kali kepada andi sehingga wasit memutuskan andi sebagai
pemenang pada partai ini dengan kemenangan didisfikulaifikasi. Andi kini masuk kebabak final yang
tak lama kemudian syila dan aisyah yang masuk kebabak final.

  Hari berikutnya, Andi,Syila dan Aisyah walaupun mereka masuk finalnya setelah aku tapi
mereka bertanding di babak final lebih dahulu dari aku. Andi dan Syila kini mendapat gelar juara.
Dua emas telah berhasil di dapat kontingen Madura. Babak pertama dan kedua Aisyah berhasil
mendapat poin lebih banyak dari lawannya. Sebelum kembali melanjutkan pertandingan di babak tiga
Aisyah membasahi tenggorokannya dengan beberapa teguk air yang sengaja di bawanya untuk
melepas dahaga. saat di babak tiga sepertinya Aisyah semakin lemah.”Ding-Ding” suara bel berbunyi
dan babak III pun kini berakhir. Aisyah segera menuju ke sudut biru dan berkata kepada mas Jaja
dan mbak ati “Dadaku terasa sakit”.”tahan dulu ya,ketengah lagi untuk pengumuman
pemenang.”Aisyah ke tengah gelenggang agar pemenang segera di ketahui. Kami sangat tegang saat
itu “ PRITTTTT” bunyi peluit ketua pertandingan. Dan semua wasit juri mengangkat bendera. Saat
kulihat ternyata ada tiga bendera biru dan dua bendera merah yang di angkat. Kemudian wasit
mengangkat tangan Aisyah karena dia sebagai juaranya. Tetapi dia langsung terjatuh dan pingsan.
Aisyah mengeluarkan busa hijau dari mulutnya. Aisyah segera di larikan kerumah sakit. Di rumah
sakit dia masih sempat di selamatkan, tetapi racunnya sudah menyebar dan harus di berikan penawar
racunnya. Dan dokter mengatakan bahwa penawar racunnya sulit di dapatkan. Di tengah kepanikan
kami, HPku berdering karena ada panggilan masuk. Setelah ku angkat ternyata dari orang misterius
itu.

 “Halo,siapa ini”
“ Hahah.Bagaimana kamu belum mau mundur”
“Tidak”
“Ow berarti kamu mau Aisyah mati karena hanya aku yang punya penawarannya”
“Ok-ok berikan penawarnya kepadaku”
“Temui aku nanti jam 03.00 sore “ memutuskan telephonnya
“ Halo….halo…..!
Orang misterius itu tiba-tiba memutuskan telephonnya. aku menceritakan percakapanku dengan
dengan orang misterius itu kepada yang lain. Mas jaja menyuruhku untuk tetap pergi ke pertandingan
babak final bersama bak ati dan yang lain. Dan mas Jaja yang akan pergi menemui orang misterius
itu. Waktu untuk menemui orang misterius itu dan babak final tunggal putra bersamaan. Orang itu
memang sengaja supaya aku tidak ikut babak final.” Permisi, pasyen menginginkan yang namanya
Dito menemuinya” kata suster keluar dari kamar Aisyah. Akupun masuk kekamar Aisyah dan
mendekatinya. “dit, berjuanglah berikan satu emas lagi untuk kontingen kita supaya menjadi juara
umum,tolong penuhi permintaanku ini mungkin ini adalah  permintaanku yang terakhir”. “jangan
ngomong seperti itu, aku akan berjuang untuk bisa menyumbangkan mendali emas. Tapi, kamu harus
berjanji kamu juga akan berjuang untuk tetap hidup” jawab aku. “ya, aku mau tidur dulu!. Oh ya
kalau misalnya aku tidak bisa bertahan mendaliku ambil kamu saja untuk kenang-kenangan”.Aisyah
kembali meminta.”sudah jangan ngomong seperti itu, aku keluar dulu ya cepat sembuh” aku keluar
dari kamar Aisyah. 
  Jam kini sudah menunjukkan pukul 14.30 dan aku harus berangkat kegelanggangan untuk
babak final. Aku berangkat  menggunakan seragam IPSI sambil membawa golok dan toya. Aku
berangkat kegelanggangan bersama mbak ati dan teman-teman yang lain. Mereka sangat berharap
aku mendapatkan mendali emas supaya kontingen kita bisa jadi juara umum. Saat aku dan teman-teman yang lain berangkat ke gelanggangan, mas Jaja juga berangkat menemui orang misterius itu di
alamt yang sudah di kirim orang itu ke aku. Mas Jaja menggantikan aku menemui orang itu agar aku
bisa ikut babak final dan Aisyah tetep dapat penawar racun itu. Perasaanku agak gerogi begitu
sampai di gelanggangan aku langsung melakukan pemanasan. Disana kau kesulitan mengeluarkan
keringat, badanku masih saja terasa dingin walaupun sudah melakukan gerakan-gerakan kecil untuk
melatih gerakan-gerakan yang kurang kukuasai. Aku mendapat giliran tampil nomor tiga. 


Tampilan finalis nomor satu dan dua mendapat tepuk tangan yang sangat meriah dan durasi
tampilnyapun pas tiga menit. “segera mempersiapkan diri nomor undi tiga pesilat Dito Satria Naga
dari kontingen Madura” panggilan pertama oleh MC pertandingan. Aku segera bersiap diri di sudut
matras dengan golok di tangan kananku dan toya di tangan kiriku. Baru aku masuk gelanggang saat
MC berkata ”nomor undian tiga segera memasuki gelanggang”. Sebelum aku menginjak matras
gelanggang, aku menghentakkan kaki kiriku kelantai sebanyak tiga kali. Kemudian aku masuk
dengan sedikit senyuman dan aku membusungkan dadaku supaya terlihat gagah .”GONG…….!”
gong berbunyi aku mulai menampilkan jurus tunggal yang terdiri dari dua belas jurus atau seratus
gerakan. Aku berhasil menyelesaikan jurus tunggal bersamaan dengan bunyi gong kedua. Aku
meninggalkan matras dengan bertingkah sama seperti waktu aku masuk tadi. Telfon bak Ati
bordering dan saat di angkat rupanya pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Aisyah sedang kritis,
berarti itu tandanya mas Jaja belum berhasil membawa penawar racunnya aku langsung menuju
alamat yang di kirimkan orang miterius itu. Saat aku sampai di sana, mas Jaja dan orang misterius itu
masih bertarung. Kemudian aku menyuruh mas Jaja untuk kembali saja kerumah sakit karena Aisyah
sedang kritis. Mas jaja akhirnya segera lari dari tempat itu menuju rumah sakit kini akulah yang
berjuang untuk mendapatkan penawar itu. “tolong berikan penawarnya, dia tidak bersalah, yang
kamu inginkan adalah aku jadi, berikan saja penawarnya” pinta aku dengan suara memelas. Tapi dia
membalas perkataanku dengan sinis ”yang aku inginkan adalah kamu menderita karna kamu sudah
menghancurkan impianku, jika kamu mau penawar ini kamu harus mengalahkanku dulu”. “baiklah
kalau itu keinginanmu aku turuti” jawab aku. Dia langsung menyerang aku, akupun langsung
menepis serangannya. Kali ini aku menggunakan jurus harimau untuk menghadapinya karena aku tau
harimau itu cepat sedangkan orang itu tidak punya speed. Aku sangat kualahan menghadapi dia
karna sudah menguasai pernafasan. Jadi semua seranganku walaupun kena sia-sia saja. Tapi dengan
cauk harimauku yang cepat aku dapat mengambil topengnya dan bisa melihat wajahnya. Ternyata dia
adalah orang yang pernah ku kalahkan di kejuaraan sebelumnya, mungkin dia menyimpan dendam
padaku. Sudah satu jam aku  menghadapinya tapi, aku belum bisa mengalahkannya. Hingga aku
teringat omongan mas Jaja yang perna melatihku ilmu pernafasan. Aku bermaksud menggunakan ilmu
itu walaupun sebenarnya aku belum menguasainya. Saat dia menendangku, aku mengelak darinya
dan kutarik nafas sedalam aku bisa, kemudian ku lepaskan nafaku bersamaan dengan ku lepaskannya
seranganku. Pukulanku tepat mengenai ulu hatinya. Orang itu hanya diam menerima pukulannku.
Aku fikir dia tidak merasakan pukulannku. Tetapi, setelah beberapa detik dia muntah darah dan
jatuh pingsan. Aku segera mengambil penawar racun yang ada di sakunya. Setelah itu aku keluar dari
tempat itu menuju jalan, namun karena disitu tempat terpencil, aku tidak menemukan ojek,bus,atau
angkutan umum lainnya. Akhirnya aku berlarih melewati jalan pintas menuju rumah sakit tempat
Aisyah di rawat. Saat aku sampai di rumah sakit terdengar suara jeritan histeris dari kamar Aisyah
dan sepertinya itu adalah jeritan suara mbak Ati. Aku terburu-buru menuju kamar Aisyah, aku
terlambat, dia sudah pergi untuk selamanya.”Aisyah………!maafin aku Aisyah aku tidak bisa
menyelamatkanmu” teriakku saat itu, kemudian datang mas Jaja dia datang untuk menenangkanku
dan berkata “ kamu sudah mewujudkan permintaannya Dit, kamu sudah berhasil menyumbangakn
satu mendali emas untuk kontingen kita”. 

  Sehabis kejadian itu, kami mengurus jenazah Aisyah dan lansung membawanya ke Madura
untuk di makamkan disana. Aku bisa juara satu dan menjadikan kontingen Madura sebagai juara
umum bahkan, aku menjadi pesilat terbaik di kejuaraan ini karena dukungan Aisyah yang begitu
besar padaku. Tapi, kini tidak lagi di dunia ini hanya mendali emasnya yang aku simpan dan
menemani hari-hariku. Selamat jalan Aisyah semoga kau tenang disana, aku akan terus berjuang
mengangkat nama Madura. 


By  : EDI PURWANT0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar