MAKALAH
AKHLAQ DAN TASAWUF
Penentuan Baik Buruk Menurut Aliran-aliran di Luar Islam
Oleh
kelompok 5:
1. Edi
Purwanto 083131024
2. Rif’ah
Hilyatuz Zahidah 083131005
3. Kubbatul
Arifin 083131017
4.
M. Rustam Waginoto 083131020
5.
Moh. Sofyan Murdani 083131011
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Jember
(STAIN)
A.
Pendahuluan
A.1.
Latar belakang
Kata
“baik” dan “buruk” mengandung pengertian
Value (nilai). Artinya, kedua kata tersebut berfungsi sebagai keterangan
Kualitas, karena merupakan kata sifat yang bertugas menjelaskan atau menilai
sesuatu.
Secara harfiah, kata “baik” berati bagus, memuaskan, dan salut.
Sebaliknya, kata “buruk” , berarti jelek dan tidak memuaskan. Kata “baik” juga
dapat disinonimkan dengan kata “khayr”, “hasan” dan juga “jayyid” dalam bahasa
Arab; dengan kata “good” dan “ fine” dalam bahasa Inggris. Sebagai mana
terdapat dalam berbagai kamus. Kata “baik” dan “buruk” memiliki banyak
pengertian. Dalam al Munjid: 198, baik adalah sesuatu yang mencapai
kesempurnaan, sesuatu yang bernilai sebagai mana yang di harapkan, sehingga
memuaskan . sedangkan “buruk” adalah sesuatu yang dibawah standar yang
diharapkan, tidak disukai, jelek, dan tidak mnyenangkan perasaan. Dalam New
Twentieth Century Dictionary of English language: 138, buruk yaitu sesuatu
yang keji, jahat, dan tidak menyenangkan, dan tidak disukai oleh perasaan yang
sehat. Sedangkan dalam The Advenced Learner’s Dictionary Of Current English:
63, buruk yaitu sesuatau yang bertentangan dengan norma yang berlaku atau
sesuatu yang jelek atau tercela.
Definisi-definisi
leksikal tentang baik dan buruk di atas tampaknya beragam makna yang dapat di
maksudkan, namun dapat diambil pengertian pokoknya, bahwa baik adalah sesuatu
yang berkualitas, bermutu, dan bernilai sesuai denan harapan, memuaskan, dan
menyenangkan. Sedangkan buruk adalah sesuatu yang jelek, tidak memenuhi
standart dan harapan, sehingga tidak dapa memuaskan, atau sehinnga membuat
persaan menjadi kecewa dan sedih.
Jika berbagai definisi di atas di cermati
secara serius, maka memeberi kesan, bahwa pemahaman kata baik dan buruk
tersebur sangat subyektif, karena diukur dengan, misalnya, perasaan individu,
tujuanna yang individu dan penilaian individu. Demikian juga menurut analisis
etika, karena yang jadi parametrnya adalah tujuan yang dicita-citakan individu.
Padahal, antar individu di dunia ini (berdasarkan ragam budaya, suku,
orientasi, dan juga agama) jelas tidak dapat di samakan dan disatukan. Oleh
sebab itu, konsep baik dan burukpun menjadi relatif. Misalnya, baik menurut
umat islam, dalam kasus menyembelih binatang qurban sapi, adalah jelas-jelas
dinilai buruk dan jahat oleh orang Hindhu. Demikian juga, orang Hindhu yang
membakar yang membakar mayat dalam rangka pencapaian kebaikan si mayit
untuk bersatu dengan Dewa Api Suci mereka sangat buruk dan bahkan sebuah
kejahatan menuerut pandangan orang Islam. Oleh sebab itu, sangat perlu di cari
tentang pedoaman, acuan, ukuran, atau parameter yang menilai baik dan buruknya sesuatu perbuatan atau tingkah laku
tersebut. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berbagai pandangan tentang
baik dan buruknya suatu tindakan menurut aliran diluar Islam.
B.
Pembahasan
B.1. Berbagai Pandangan dan Aliran
tentang Baik dan Buruk
Asmaran As, dalam buku Pengantar Studi
aAkhlak, menyebutkan ada empat perspektif yang menjadi parameter tentang baik
dan buruk, yaitu pespektif sosialisme, hedeonisme, intiutionisme, dan evolusi.[1]
Sedangkan menurut Poedjawijatna menyebutkan, bahwa menurut etika moral, ada
enam parameter untuk menentukan baik dan buruknya suatu tindakan, yaitu
pandangan hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme, dan humanisme.
Dari beberpa parameter yang di tawakan oleh para ahli tersebut, kiranya masih
di mungkinkan ada beberapa perspektif tertentu yang tentunya bersifat filosofis
atau pandangan paradigmatik tertentu yang dapat dijadikan sebagai parameter
tentang baik dan buruk.
Adapun
uraian detail dari beberapa parameter atau landasan tentang konsep baik dan
buruk tersebut antara lain sebagai berikut:
B.1. Perspektif Hedonisme.
Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa kata Hedonisme berasal dari bahasa
Yunani yang direvasinya adalah “hedon” (pleasure, kenikmatan atau kelezatan)
dan “Isme” berarti pandangan atau aliran berpikir. Hedonisme berarti cara
berpikir yang menjadikan kelezatan dan
kelezatan sebagai pusat tindakan dan motifnya. Dengan demikian Hedonisme dapat
diartikan sebuah doktrin etika yang berpegangan bahwa tingkah laku itu
digerakkan oleh keingan atau hasrat terhadap kesengan dan menghindar dari
segala penderitaan.
Menurut parameter
hedonisme ini, bahwa perbutan yang dinilai baik adalah perbuatan yang
mendatangkan kebahagiaan dan kenikmatan atau kelezatan, sehinnga semua tindakan
yang tidak dapat menghadirkan tiga aspek tersebut dinilai buruk. Aliran
Hedonime ini memiliki tiga cabang aliran
lagi, yaitu:
B.1.1. Hedonisme Individualistik (Individual
Hedonistic).
Aliran ini menekankan baik dan buruknya sebuah tindakan atau
perilaku pada kepuasan atau ketidak puasan bagi pribadi atau individu, atau
ego. Artinya, sebuah perbuatan akan dikatakan baik apabila mampu mendatangkan
kepuasan bagi pribadi, atau ego. Sebaliknya, jika suatu perbuatan tidak dapat
mendatangkan kepuasan atau kelezatan bagi individu atau ego maka akan dinilai
buruk. Tokoh dari aliran Hedonisme Individualistik ini adalah seorang filosof
kalasik Yunani yaitu Epicurus (341 – 270 SM).
B.1.2. Hedonisme Rasionalis (Rationalistic Hidonism).
Aliran Hedonisme Rasionalis ini
merupakan penajaman lebih lanjut dari aliran sebelumnya yaitu aliran Hedonisme
Egoistik. Aliran Hedonisme Rasionalis ini kebahgian, kepuasan, atau
kelezatan individual harus didasarkan
atas pertimbangan akal sehat (common sense).
B.1.3 Hedonisme Universal atau Umum (Universalistic
Hedonisme).
Aliran ini menyatakan, bahwa perbuatan akan dinilai baik jika perbuatan
tersebut dapat melahirkan atau mendatangkan kenikmatan atau kebahagiaan bagi
semua mahluk. Semakin perbuatan seseorang tersebut memberikan kebahagiaan dan
kelezatan yang menyeluruh maka di katatakan semakin baik pula perbutan
tersebut. Tokoh dari aliran ini adalah Bhentam, filosof inggris (1748-1832) dan
John Stuart Mill (1806 - 1873).
B.2. Pers
Spektik Intiutioneisme
Intuisi
diartikan dengan bisikan hati (intuition), suara hati, atau juga dikenal
dengan istilah hati nurani. Bisikan hati merupakan kekuatanbatin atau hati yang
dapat mengidentifikasi apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk tanpa
terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu. Aliran ini sebutulnya
merupakan penolakan dari Paham Hedonisme. Tujuan utama dari aliran ini adalalah
terwujudnya keutamaan, keunnggulan, keistimewaan yang dapat juga diartikan
sebagai “ kebaikan budi pekerti”.
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat
menetukan sesuatu sebagai baik atau buruk yang sekilas tanpa melihat akibatnya.
Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan instinct
batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang.
menurut paham ini, perbuatan yang baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan
penilaian yang diberikan oleh hati nuranni atau kekuatan batin yang ada dalam
dirinya dan sebaliknya, perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati
nurani dipandang buruk. Paham ini selanjutnya di kenal dengan paham Humanisme
B.3.
Perspektif Evolusionisme
Aliran
ini berpendapat, bahwa segala sesuatu yang ada dia alam ini selalu (secara
berangsur-angsur) mengalami perubahan, yaitu tumbuh dan berkembang menuju
kesempurnaannya. Aliran ini tentunya berangkat dari teori Darwin yang
didasarkan pada tiga proposisi dari konsep
selections of nature, struggle for life dan survival
for the fittes. Bahwa sesuatu itu dapat berwujud dan ada karena memang
sudah dikehendaki dan dipilih oleh alam ini. Sesuatu yang sudah dipilih alam
adalah sesuatu yang bernilai baik. Sedangkan yang kedua bahwa segala sesuatu
mengalami persaingan dan perjuangan untuk bertahan hidup. Begitu juga,
nilai-nilai suatu perbuatan, adalah bersaing ketat untuk dapat bertahan. Dengan
demikian, sesuatu yang ketahanannya sangat tinggi dan bias menngalahkan yang
lain akan dapat berlangsung hidup. Teori ketiga bahwa sesuatu itu dapat
bertahan jika memiliki daya tahan yang terbaik, sehingga dengan demikian, bahwa
sesuatu yang bernilai baik adalah pasti yang dapat bertahan hidup, karena
memang dipilih masyarakat.
Aliran evolusi ini menjelaskan, bahwa
perbuatan baik adalah perbuatan yang terpilih melalui proseses seleksi ketat,
dan ia bersaing dan berkompetisi dengan yang lain, sehinngga dapat di pilih
oleh manusia dan akhirnya dapat bertahan. Dalam kaitan ini, Alexander
mengungkapkan, bahwa nilai moral harus selalu berkompetisi satu sama lain, dan
bahkan dengan segala yang ada di ala mini sehingga pada akhirnya, nilai moral
yang baiklah yangbertahan. Sedangakan nilai yang buruk dipastiikan tidak dapat
mempertahankan dirinya sehingga misnah dengan sendirinya.
Akhlaq itu termasuk bidang ihtiyar
manusia. Oleh karena itu, akhlaq seseorang dapat berubah dari yang jahat
menjadi baik, dan sebaliknya.
B.4.Perspektif
Eudaemonisme
Prinsip pokok paham ini adalah, bahwa
kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain. Menurut
Aristoteles, bahwa untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan empat hal, yaitu:
1. Kesehatan,
kebebasan, kemerdekaan, kekayaan, dan kekuasaan.
2. Kemauan
3. Perbuatan
baik dan
4. Pengetahuan
batiniah.
B.5. Perspektif Pragmatisme
Aliran ini menitikberatkan pada hal-hal
yang berguna untuk diri sendiri, baik yang bersifat moral maupun material.
Dalam aliran ini, yang menjadai titik beratnya adalah pengalaman olehh karena
itu, penganut paham ini tidak mengenal istilah kebenaran, sebab hal itu
bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh alam dunia empiri.
B.6.
Perspektif naturalisme
Menurut
aliran ini, tolak ukur baik dan buruk adalah kenyataan alamiah. Sesuatu yang
natural-alamiah adalah yang tepat dan baik, dan sesuatu yang tidak natural
adlah tidak tepat dan buruk. Tokoh aliran adalah J.J. Rousseau dia mengemukakan
pendapatnya bahwa kemajuan, pengetahuan, dan kebudayaan merupakan perusak alam
semesta ini.
B.7.
Perspektif Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap
aliran naturalisme di atas. Sebab, menurut faham vitalisme ini, yang menjadi
parameter baik dan buruk itu bukanlah alam, tetapi “vitae” atau hidup (sesuatu
yang sangat diperlukan dalam, dan untuk, hidup). Aliran ini terdiri dari dua
kelompok, yaitu:
1. Vitalisme
pessimistis ( negatife vitalistik)
2. Vitalisme
Optimistis.
Untuk kelompok pertama ini terkenal
dengan semboyan “Homo homini lupus” . artinya, bahwa manusia merupakan serigala
(pemangsa) bagi manusia yang lain. Sedangkan aliran kedua bersemboyan bahwa
perang untuk meraih tujuan adalah halal, sebab dengan berperanglah orang akan
memeperoleh dan memegang kekuasaan.
Tokoh utama yang terkenal dalam aliaran
vitalisme ini adalah Frederich Niestche. Dia memberikan pengaruh besar terhadap Adolf Hitler. Dengan
demikian, diketahui bahwa aliran ini berperan besar dalam membentuk watak hitler
sebagai sosok yang vitalistis untuk mendapatkan kebaikan yang menurut
pandangannya sebagai kekuasaan itu sendiri. Dan kebaikan tersebut diperolehnya
dengan daya optimsmenya.
Menurut paham ini yang baik adalah yang
mencermikan kekuatan dalam hidup manusia, kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan
orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut
cenderung pada sikap binatang dan berlaku hokum siapa yang kuat dan menang
itulah yang baik (hukum rimba)
B.8.
Perspektif Gessingnungsethik.
Aliran
ini diprakarsai oleh Albert Schweitzer, seorang ahli teologi, musik, medika,
filsafat, dan etika. Hal yang utama dalam aliran ini adalah “penghormatan akan
kehiduapan”, bahwa, sedapat mungkin setiap mahluk harus saling menolong dan
berlaku baik, dan standart kebaikan itu adalah “pemeliharaan akan kehidupan”
itu sendiri. Dengan demikian, setiap usaha yang berakibat pada kebinasaan dan
menghalangi-halangi hidup adalah buruk atau keburukan.
B.9. Perspektif Idealisme
Idealisme
merupakan sebuah pandangan filsafat yang memandang hal yang abstrak di dalam
pikiran yang berupa cita-cita atau keinginan (ide) adalah sesuatu yang real,
nyata. Dengan ungkapn berbeda, bahwa hakikat segala sesuatu adalah apa yang
beruoa esensi di dalam pikiran. Aliran ini tampaknya sangat mementingkan
eksistensi akal pikiran manusia, sebab pikiran manusialah yang menjadi sumber
ide. Ungkapan terkenal dari aliran ini adalah “segala yang tampak alamiah ini
hanyalah yang tiada” sebab semua itu hanyalah gambaran atau perwujudan dari alam
pikiran, dan bersifat imitasi. Dan sebaik apapun tiruan itu adalah tidak akan
seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang baik dalam pandangan ini adalah apa yang ada di dalam
ide itu sendiri.
B.10. Perspektif Eksistesialisme
Aliran ini
berpandangan bahwa eksistensi diatas dunia selalu terkait dengan
keputusan-keputusan individu, artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu
keputusan mak pastilah tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan
terhadap sesuatu yang baik, terutama bagi kepentingan dirinya. Ungkapan dari
aliran ini adalah “truth is subjectivity”. Artinya bila kebenaran itu mengena
pada kepribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya, apabila hal itu tidak
baik bagi pribadinya maka itulah sesuatu yang buruk.
B.11.Perspektif Marxisme
Berdasarkan “ dialectical materialisme” yaitu segala
sesuatu yang ada dikuasai dalam keadaan material dan keadaan materialpun juga
harus mengikuti jalan dialectical itu. Aliran ini memegang motto “segala
sesuatu jalan dapatlah di benarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk
mencapai sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat
menyampaikan/menghantar kepada tujuan.
B.12. Perspektif Sosialisme
Menurut aliran
ini, baik dan buruk ditentukan
berdasarkan adat istiadat. Pandangan berdasar kepada adat istiadat dinamakan
pandangan sosialisme karena berdasarkan manusia yang saling bersosialisasi.
Mengenai hal ini, Poedjawijatma berkomentar “…..adat istiadat timur dan barat,
misalnya, adalah berbeda. Kita tidak punya hak untuk menghukumi adat yang ini
buruk an yang itu buruk, tetapi yang dapat dikatakan adalah bahwa adat itu
sukar dijadikan ukuran umum, karena ketidak umumannya itu…..” tampaknya,
pandangan sosialisme ini melihat baik dan buruk bersifat subjektif.
B.13. Perspektif Tradisonalisme
(adat Istiadat)
Orang yang mengikuti dan
berpegang teguh pada adat dipandang baik dan orang yang menantang dan tidak
mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan kalu perludihukum secara adat. Di
dalam masyarakat, dijumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian,
makan, minum, bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya. Kelompok yang menilai
baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal
dengan istilah aliran sosialisme sebagaimana diatas. Paham ini muncul bertolak
dari anggapan bahwa masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang
mengatakan, bahwa masyarakatlah yang
menentukan baik dan buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya tersebut.
B.14.
Perspektif utilitiranisme
Secara
harfiah, utilitis adalah berguna. Kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak
hanya berhubungan dengan materi, melainkan juga dengan yang bersifat rohani.
Dan kegunaan itu juga dapat diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak
menimbulkan kerugian bagi orang lain.
B.15.
Perspektif religiusisme
Menurut paham ini yang dianggap baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan perbuatan buruk
adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak tuhan. Dalam paham ini,
keyakinan teologis, yakni keimanan kepada tuhan sangat memegang peranan
penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan,
Jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya.
C.
Penutup
C.1. Kesimpulan
Ø Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari khair dalam bahasa Arab atau
good dalam bahasa Inggris.Dalam bahasa Arab,yang buruk itu dikenal dengan
istilah syarr yang berarti tidak sempurna dalam kualitas,dibawah
standard,kurang dalam nilai,tidak menyenangkan sesuatu yang tercela.
Ø Pembagian baik dan buruk terdiri atas baik dan buruk menurut persspektik intiutioneisme,
perspektif evolusionisme, perspektif eudaemonisme, perspektif pragmatisme,
perspektif naturalisme, perspektif vitalisme, perspektif gessingnungsethik,
perspektif idealisme, perspektif eksistesialisme, perspektif marxisme, perspektif sosialisme, perspektif tradisonalisme (adat istiadat), perspektif
utilitiranisme, perspektif religiusisme.
Ø Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme).Menurut aliran ini
baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan
ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang dipegang dan berlaku di masyarakat.Orang
yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk,dan perlu dihukum secara
adat.
Ø Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme.Menurut paham ini banyak yang disebut
perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan
kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologisAliran ini tidak mengatakan
bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,melainkan ada pula yang memdatangkan
kepedihan dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan
maka yang dilakukan adalah mendatangkan kelezatan.
Ø Baik Buruk menurut Aliran Intuisisme (Humanisme) Intuisi adalah merupakan
kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan
sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya,paham ini berpendapat bahwa setiap
manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik
atau buruk dengan sekilas pandangan.
Ø Baik Buruk Menurut Paham UtilitarianismeSecara harfiah utilis berarti
berguna,menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna.
Ø Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme menurut paham ini yang baik ialah yang
mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia kekuatan dan kekuasaan yang
menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik
Ø Baik Buruk Menurut Paham Religiosme menurut paham ini yang dianggap baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,sedangkan perbuatan buruk
adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ø Baik Buruk Menurut Paham Evolusi.Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan
bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi yaitu,berkembang
dari apa adanya menuju dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya
Ø Sifat dari Baik dan Buruk.Dengan demikian sifat baik buruk yang dihasilkan
oleh filsafat tersebut menjadi relative dan nisbi pula,yakni baik dan buruk
yang dapat terus berubah.Sifat baik-buruk yang dikemukakan berdasarkan
pandangan tersebut sifatnya subyektif lokal dan temporal,dan oleh karananya
nilai baik dan buruk itu sifatnya relatife.
Daftar Pustaka
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. PT. RajaGrafindo persada, jakarta, 2002
Mustofa A,DRS.H.Akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia,bandung,1997
Prof,.Dr.H.Rachmat Djatnika,Sistem Ethika Islam(akhlak mulia),Pustaka
Panjimas,Jakarta,1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar