Rabu, 08 Januari 2014

MAKALAH AKHLAQ DAN TASAWUF Penentuan Baik Buruk Menurut Aliran-aliran di Luar Islam



MAKALAH AKHLAQ DAN TASAWUF
Penentuan Baik Buruk Menurut Aliran-aliran di Luar Islam







Oleh kelompok 5:
1.      Edi Purwanto                            083131024
2.      Rif’ah Hilyatuz Zahidah          083131005
3.      Kubbatul Arifin                        083131017
4.      M. Rustam Waginoto               083131020
5.      Moh. Sofyan Murdani              083131011


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember
 (STAIN)
Jl. Jumat Mangli No. 94 Jember, Jawa Timur, Indonesia


A.      Pendahuluan

A.1. Latar belakang

                           Kata “baik” dan  “buruk” mengandung pengertian Value (nilai). Artinya, kedua kata tersebut berfungsi sebagai keterangan Kualitas, karena merupakan kata sifat yang bertugas menjelaskan atau menilai sesuatu.
  Secara harfiah, kata “baik” berati bagus, memuaskan, dan salut. Sebaliknya, kata “buruk” , berarti jelek dan tidak memuaskan. Kata “baik” juga dapat disinonimkan dengan kata “khayr”, “hasan” dan juga “jayyid” dalam bahasa Arab; dengan kata “good” dan “ fine” dalam bahasa Inggris. Sebagai mana terdapat dalam berbagai kamus. Kata “baik” dan “buruk” memiliki banyak pengertian. Dalam al Munjid: 198, baik adalah sesuatu yang mencapai kesempurnaan, sesuatu yang bernilai sebagai mana yang di harapkan, sehingga memuaskan . sedangkan “buruk” adalah sesuatu yang dibawah standar yang diharapkan, tidak disukai, jelek, dan tidak mnyenangkan perasaan. Dalam New Twentieth Century Dictionary of English language: 138, buruk yaitu sesuatu yang keji, jahat, dan tidak menyenangkan, dan tidak disukai oleh perasaan yang sehat. Sedangkan dalam The Advenced Learner’s Dictionary Of Current English: 63, buruk yaitu sesuatau yang bertentangan dengan norma yang berlaku atau sesuatu yang jelek atau tercela.

Octagon: 1                          Definisi-definisi leksikal tentang baik dan buruk di atas tampaknya beragam makna yang dapat di maksudkan, namun dapat diambil pengertian pokoknya, bahwa baik adalah sesuatu yang berkualitas, bermutu, dan bernilai sesuai denan harapan, memuaskan, dan menyenangkan. Sedangkan buruk adalah sesuatu yang jelek, tidak memenuhi standart dan harapan, sehingga tidak dapa memuaskan, atau sehinnga membuat persaan menjadi kecewa dan sedih.

                          Jika berbagai definisi di atas di cermati secara serius, maka memeberi kesan, bahwa pemahaman kata baik dan buruk tersebur sangat subyektif, karena diukur dengan, misalnya, perasaan individu, tujuanna yang individu dan penilaian individu. Demikian juga menurut analisis etika, karena yang jadi parametrnya adalah tujuan yang dicita-citakan individu. Padahal, antar individu di dunia ini (berdasarkan ragam budaya, suku, orientasi, dan juga agama) jelas tidak dapat di samakan dan disatukan. Oleh sebab itu, konsep baik dan burukpun menjadi relatif. Misalnya, baik menurut umat islam, dalam kasus menyembelih binatang qurban sapi, adalah jelas-jelas dinilai buruk dan jahat oleh orang Hindhu. Demikian juga, orang Hindhu yang membakar yang membakar mayat dalam rangka pencapaian kebaikan  si mayit  untuk bersatu dengan Dewa Api Suci mereka sangat buruk dan bahkan sebuah kejahatan menuerut pandangan orang Islam. Oleh sebab itu, sangat perlu di cari tentang pedoaman, acuan, ukuran, atau parameter yang menilai baik dan  buruknya sesuatu perbuatan atau tingkah laku tersebut. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berbagai pandangan tentang baik dan buruknya suatu tindakan menurut aliran diluar Islam.












 


B.       Pembahasan
B.1. Berbagai Pandangan dan Aliran tentang Baik dan Buruk
                               Asmaran As, dalam buku Pengantar Studi aAkhlak, menyebutkan ada empat perspektif yang menjadi parameter tentang baik dan buruk, yaitu pespektif sosialisme, hedeonisme, intiutionisme, dan evolusi.[1] Sedangkan menurut Poedjawijatna menyebutkan, bahwa menurut etika moral, ada enam parameter untuk menentukan baik dan buruknya suatu tindakan, yaitu pandangan hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme, dan humanisme. Dari beberpa parameter yang di tawakan oleh para ahli tersebut, kiranya masih di mungkinkan ada beberapa perspektif tertentu yang tentunya bersifat filosofis atau pandangan paradigmatik tertentu yang dapat dijadikan sebagai parameter tentang baik dan buruk.
                              Adapun uraian detail dari beberapa parameter atau landasan tentang konsep baik dan buruk tersebut antara lain sebagai berikut:
B.1. Perspektif Hedonisme.
                              Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa kata Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yang direvasinya adalah “hedon” (pleasure, kenikmatan atau kelezatan) dan “Isme” berarti pandangan atau aliran berpikir. Hedonisme berarti cara berpikir yang  menjadikan kelezatan dan kelezatan sebagai pusat tindakan dan motifnya. Dengan demikian Hedonisme dapat diartikan sebuah doktrin etika yang berpegangan bahwa tingkah laku itu digerakkan oleh keingan atau hasrat terhadap kesengan dan menghindar dari segala penderitaan.
                              Menurut parameter hedonisme ini, bahwa perbutan yang dinilai baik adalah perbuatan yang mendatangkan kebahagiaan dan kenikmatan atau kelezatan, sehinnga semua tindakan yang tidak dapat menghadirkan tiga aspek tersebut dinilai buruk. Aliran Hedonime ini memiliki  tiga cabang aliran lagi, yaitu:
          B.1.1. Hedonisme Individualistik (Individual Hedonistic).
                             Aliran ini menekankan baik dan buruknya sebuah tindakan atau perilaku pada kepuasan atau ketidak puasan bagi pribadi atau individu, atau ego. Artinya, sebuah perbuatan akan dikatakan baik apabila mampu mendatangkan kepuasan bagi pribadi, atau ego. Sebaliknya, jika suatu perbuatan tidak dapat mendatangkan kepuasan atau kelezatan bagi individu atau ego maka akan dinilai buruk. Tokoh dari aliran Hedonisme Individualistik ini adalah seorang filosof kalasik Yunani yaitu Epicurus (341 – 270 SM).
       B.1.2. Hedonisme Rasionalis (Rationalistic Hidonism).
                                Aliran Hedonisme Rasionalis ini merupakan penajaman lebih lanjut dari aliran sebelumnya yaitu aliran Hedonisme Egoistik. Aliran Hedonisme Rasionalis ini kebahgian, kepuasan, atau kelezatan  individual harus didasarkan atas pertimbangan akal sehat (common sense).
       B.1.3 Hedonisme Universal atau Umum (Universalistic Hedonisme).
                              Aliran ini menyatakan, bahwa  perbuatan akan dinilai baik jika perbuatan tersebut dapat melahirkan atau mendatangkan kenikmatan atau kebahagiaan bagi semua mahluk. Semakin perbuatan seseorang tersebut memberikan kebahagiaan dan kelezatan yang menyeluruh maka di katatakan semakin baik pula perbutan tersebut. Tokoh dari aliran ini adalah Bhentam, filosof inggris (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806 - 1873).
B.2. Pers Spektik Intiutioneisme
Intuisi diartikan dengan bisikan hati (intuition), suara hati, atau juga dikenal dengan istilah hati nurani. Bisikan hati merupakan kekuatanbatin atau hati yang dapat mengidentifikasi apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu. Aliran ini sebutulnya merupakan penolakan dari Paham Hedonisme. Tujuan utama dari aliran ini adalalah terwujudnya keutamaan, keunnggulan, keistimewaan yang dapat juga diartikan sebagai “ kebaikan budi pekerti”.
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat menetukan sesuatu sebagai baik atau buruk yang sekilas tanpa melihat akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang.
menurut paham ini, perbuatan yang baik adalah  perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nuranni atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya dan sebaliknya, perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani dipandang buruk. Paham ini selanjutnya di kenal dengan paham Humanisme
            B.3. Perspektif Evolusionisme
Aliran ini berpendapat, bahwa segala sesuatu yang ada dia alam ini selalu (secara berangsur-angsur) mengalami perubahan, yaitu tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaannya. Aliran ini tentunya berangkat dari teori Darwin yang didasarkan pada tiga proposisi dari konsep  selections of nature, struggle for life dan survival for the fittes. Bahwa sesuatu itu dapat berwujud dan ada karena memang sudah dikehendaki dan dipilih oleh alam ini. Sesuatu yang sudah dipilih alam adalah sesuatu yang bernilai baik. Sedangkan yang kedua bahwa segala sesuatu mengalami persaingan dan perjuangan untuk bertahan hidup. Begitu juga, nilai-nilai suatu perbuatan, adalah bersaing ketat untuk dapat bertahan. Dengan demikian, sesuatu yang ketahanannya sangat tinggi dan bias menngalahkan yang lain akan dapat berlangsung hidup. Teori ketiga bahwa sesuatu itu dapat bertahan jika memiliki daya tahan yang terbaik, sehingga dengan demikian, bahwa sesuatu yang bernilai baik adalah pasti yang dapat bertahan hidup, karena memang dipilih masyarakat.
Aliran evolusi ini menjelaskan, bahwa perbuatan baik adalah perbuatan yang terpilih melalui proseses seleksi ketat, dan ia bersaing dan berkompetisi dengan yang lain, sehinngga dapat di pilih oleh manusia dan akhirnya dapat bertahan. Dalam kaitan ini, Alexander mengungkapkan, bahwa nilai moral harus selalu berkompetisi satu sama lain, dan bahkan dengan segala yang ada di ala mini sehingga pada akhirnya, nilai moral yang baiklah yangbertahan. Sedangakan nilai yang buruk dipastiikan tidak dapat mempertahankan dirinya sehingga misnah dengan sendirinya.
Akhlaq itu termasuk bidang ihtiyar manusia. Oleh karena itu, akhlaq seseorang dapat berubah dari yang jahat menjadi baik, dan sebaliknya.
B.4.Perspektif Eudaemonisme
Prinsip pokok paham ini adalah, bahwa kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain. Menurut Aristoteles, bahwa untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan empat hal, yaitu:
1.      Kesehatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan, dan kekuasaan.
2.      Kemauan
3.      Perbuatan baik dan
4.      Pengetahuan batiniah.
B.5. Perspektif Pragmatisme
Aliran ini menitikberatkan pada hal-hal yang berguna untuk diri sendiri, baik yang bersifat moral maupun material. Dalam aliran ini, yang menjadai titik beratnya adalah pengalaman olehh karena itu, penganut paham ini tidak mengenal istilah kebenaran, sebab hal itu bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh alam dunia empiri.
B.6. Perspektif naturalisme
Menurut aliran ini, tolak ukur baik dan buruk adalah kenyataan alamiah. Sesuatu yang natural-alamiah adalah yang tepat dan baik, dan sesuatu yang tidak natural adlah tidak tepat dan buruk. Tokoh aliran adalah J.J. Rousseau dia mengemukakan pendapatnya bahwa kemajuan, pengetahuan, dan kebudayaan merupakan perusak alam semesta ini.
B.7. Perspektif Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran naturalisme di atas. Sebab, menurut faham vitalisme ini, yang menjadi parameter baik dan buruk itu bukanlah alam, tetapi “vitae” atau hidup (sesuatu yang sangat diperlukan dalam, dan untuk, hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok, yaitu:
1.      Vitalisme pessimistis ( negatife vitalistik)
2.      Vitalisme Optimistis.
Untuk kelompok pertama ini terkenal dengan semboyan “Homo homini lupus” . artinya, bahwa manusia merupakan serigala (pemangsa) bagi manusia yang lain. Sedangkan aliran kedua bersemboyan bahwa perang untuk meraih tujuan adalah halal, sebab dengan berperanglah orang akan memeperoleh dan memegang kekuasaan.
Tokoh utama yang terkenal dalam aliaran vitalisme ini adalah Frederich Niestche. Dia memberikan  pengaruh besar terhadap Adolf Hitler. Dengan demikian, diketahui bahwa aliran ini berperan besar dalam membentuk watak hitler sebagai sosok yang vitalistis untuk mendapatkan kebaikan yang menurut pandangannya sebagai kekuasaan itu sendiri. Dan kebaikan tersebut diperolehnya dengan daya optimsmenya.
Menurut paham ini yang baik adalah yang mencermikan kekuatan dalam hidup manusia, kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang dan berlaku hokum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik (hukum rimba)

B.8. Perspektif Gessingnungsethik.
Aliran ini diprakarsai oleh Albert Schweitzer, seorang ahli teologi, musik, medika, filsafat, dan etika. Hal yang utama dalam aliran ini adalah “penghormatan akan kehiduapan”, bahwa, sedapat mungkin setiap mahluk harus saling menolong dan berlaku baik, dan standart kebaikan itu adalah “pemeliharaan akan kehidupan” itu sendiri. Dengan demikian, setiap usaha yang berakibat pada kebinasaan dan menghalangi-halangi hidup adalah buruk atau keburukan.    
B.9. Perspektif Idealisme
Idealisme merupakan sebuah pandangan filsafat yang memandang hal yang abstrak di dalam pikiran yang berupa cita-cita atau keinginan (ide) adalah sesuatu yang real, nyata. Dengan ungkapn berbeda, bahwa hakikat segala sesuatu adalah apa yang beruoa esensi di dalam pikiran. Aliran ini tampaknya sangat mementingkan eksistensi akal pikiran manusia, sebab pikiran manusialah yang menjadi sumber ide. Ungkapan terkenal dari aliran ini adalah “segala yang tampak alamiah ini hanyalah yang tiada” sebab semua itu hanyalah gambaran atau perwujudan dari alam pikiran, dan bersifat imitasi. Dan sebaik apapun tiruan itu adalah tidak akan seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang baik dalam  pandangan ini adalah apa yang ada di dalam ide itu sendiri.

B.10. Perspektif Eksistesialisme
Aliran ini berpandangan bahwa eksistensi diatas dunia selalu terkait dengan keputusan-keputusan individu, artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan mak pastilah tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan terhadap sesuatu yang baik, terutama bagi kepentingan dirinya. Ungkapan dari aliran ini adalah “truth is subjectivity”. Artinya bila kebenaran itu mengena pada kepribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya, apabila hal itu tidak baik bagi pribadinya maka itulah sesuatu yang buruk.
B.11.Perspektif Marxisme
Berdasarkan “ dialectical materialisme” yaitu segala sesuatu yang ada dikuasai dalam keadaan material dan keadaan materialpun juga harus mengikuti jalan dialectical itu. Aliran ini memegang motto “segala sesuatu jalan dapatlah di benarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk mencapai sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat menyampaikan/menghantar kepada tujuan.
B.12. Perspektif Sosialisme
Menurut aliran ini, baik dan buruk  ditentukan berdasarkan adat istiadat. Pandangan berdasar kepada adat istiadat dinamakan pandangan sosialisme karena berdasarkan manusia yang saling bersosialisasi. Mengenai hal ini, Poedjawijatma berkomentar “…..adat istiadat timur dan barat, misalnya, adalah berbeda. Kita tidak punya hak untuk menghukumi adat yang ini buruk an yang itu buruk, tetapi yang dapat dikatakan adalah bahwa adat itu sukar dijadikan ukuran umum, karena ketidak umumannya itu…..” tampaknya, pandangan sosialisme ini melihat baik dan buruk bersifat subjektif.
B.13. Perspektif Tradisonalisme (adat Istiadat)
                 Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik dan orang yang menantang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan kalu perludihukum secara adat. Di dalam masyarakat, dijumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya. Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme sebagaimana diatas. Paham ini muncul bertolak dari anggapan bahwa masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang mengatakan,  bahwa masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya tersebut.
B.14. Perspektif utilitiranisme
Secara harfiah, utilitis adalah berguna. Kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi, melainkan juga dengan yang bersifat rohani. Dan kegunaan itu juga dapat diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.
B.15. Perspektif religiusisme
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak tuhan. Dalam paham ini, keyakinan teologis, yakni keimanan kepada tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, Jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya.

















 



C. Penutup
C.1. Kesimpulan

Ø  Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari khair dalam bahasa Arab atau good dalam bahasa Inggris.Dalam bahasa Arab,yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr yang berarti tidak sempurna dalam kualitas,dibawah standard,kurang dalam nilai,tidak menyenangkan sesuatu yang tercela.
Ø  Pembagian baik dan buruk terdiri atas baik dan buruk menurut  persspektik intiutioneisme, perspektif evolusionisme, perspektif eudaemonisme, perspektif pragmatisme, perspektif naturalisme, perspektif vitalisme, perspektif gessingnungsethik, perspektif idealisme, perspektif eksistesialisme, perspektif marxisme, perspektif sosialisme, perspektif tradisonalisme (adat istiadat), perspektif utilitiranisme, perspektif religiusisme.
Ø  Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme).Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang dipegang dan berlaku di masyarakat.Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk,dan perlu dihukum secara adat.
Ø  Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme.Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologisAliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,melainkan ada pula yang memdatangkan kepedihan dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan maka yang dilakukan adalah mendatangkan kelezatan.
Ø  Baik Buruk menurut Aliran Intuisisme (Humanisme) Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya,paham ini berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan  baik  atau buruk dengan sekilas pandangan.
Ø  Baik Buruk Menurut Paham UtilitarianismeSecara harfiah utilis berarti berguna,menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna.
Ø  Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik
Ø  Baik Buruk Menurut Paham Religiosme menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ø  Baik Buruk Menurut Paham Evolusi.Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi yaitu,berkembang dari apa adanya menuju dari apa  adanya menuju kepada kesempurnaannya
Ø  Sifat dari Baik dan Buruk.Dengan demikian sifat baik buruk yang dihasilkan oleh filsafat tersebut menjadi relative dan nisbi pula,yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah.Sifat baik-buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subyektif lokal dan temporal,dan oleh karananya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatife.









 



Daftar Pustaka
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. PT. RajaGrafindo persada, jakarta, 2002
Mustofa A,DRS.H.Akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia,bandung,1997
Octagon: 13Prof,.Dr.H.Rachmat Djatnika,Sistem Ethika Islam(akhlak mulia),Pustaka Panjimas,Jakarta,1992


[1] Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 28-30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar