Rabu, 08 Januari 2014

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TASAWUF DAN ILMU TAUHID




HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN
ILMU TASAWUF DAN ILMU TAUHID
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas  mata kuliah Akhlak dan Tasawwuf yang dibimbing oleh Bapak Nuruddin











Kelompok II
1.      Khoirul Amin              (083131041)
2.      Abdul Ghofar                         (083131032)
3.      Dyah Rosita Dwi W   (083131031)
4.      Santi Parwati               (083131042)
5.         Muhammad Amsori    (083131043)
6.    Umar Faruq                 (083131008)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
September, 2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari Jaman kegelapan menuju Jaman yang terang benderang.
Dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nuruddin yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Akhlak dan Tasawwuf sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Tauhid”.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua umat islam khusunya para pembaca, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.












DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................ 2            
DAFTAR  ISI........................................................................................... 3
BAB  I  PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2     Rumusan Masalah..................................................................... 5      
BAB II  PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Ilmu Akhlak............................................................ 6   
2.2     Pengertian Ilmu Tasawwuf....................................................... 7
2.3     Pengertian Ilmu Tauhid............................................................ 8
2.4     Hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawwuf........................... 9
2.5     Hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid................................ 11
BAB III  PENUTUP
3.1     Kesimpulan .............................................................................. 12 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14







BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Dewasa ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa, diantaranya adalah kenakalan remaja, tawuran, korupsi oleh para pejabat negara. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja, karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, utamanya pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai mahkluk mulia, sesuai dengan fitrah, dan yang memiliki peran sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Oleh karena itu, nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak dini baik melalui pendidikan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan formal yaitu  sekolah. Suatu bangsa akan jaya dan terkenal bukan ditentukan oleh keluasan wilayah,  kekayaan sumber daya alam, serta kuantitas penduduknya, akan tetapi adalah karena kualitas akhlak atau tingginya nilai-nilai peradaban yang dimilikinya.  Integritas, dedikasi, kredibilitas dan kualitas keilmuan populasi yang ada pada suatu Negara akan menyebabkannya terkenal dan mampu menghadapi tantangan di era globalisasi.
Dalam konteks inilah,Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus agar mampu menyempurnakan akhlak manusia. Peranan ilmu akhlak dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari ilmu-ilmu lainnya, baik itu berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia maupun dengan Allah.
Sebagai sebuah disiplin keilmuan ilmu akhlak sangat berkaitan erat dengan ilmu lainnya, termasuk ilmu tauhid juga ilmu tasawwuf. Keterkitan itulah yang mendorong penulis untuk menjelaskan lebih jauh mengenai hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawwuf juga ilmu tauhid atau yang lebih dikenal dengan ilmu kalam.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis menitikberatkan makalah ini pada 2 hal
1.      Apa pengertian ilmu akhlak itu?
2.      Apa pengertian ilmu tasawwuf?
3.      Apa pengertian ilmu tauhid?
4.      Apa hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawwuf dan ilmu tauhid?
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Ilmu Akhlaq
Secara etimologi kata akhlak dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari kata khulk yang berarti budi pekerti. Di dalam Kamus Al-Munjid kata khulk berarti budi pekerti, perangi tingkah laku atau tabiat.[1] Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:
الأخلاق هي صفات الإنسان الأدبية
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”[2]
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, maupun perbuatan buruk.
Dalam kitab ihya’ ulumuddin imam Ghazali mendifinisikan akhlak sebagai berikut:
الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الإنفعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر ورؤية.
al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbutan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”
Dengan melihat pengertian ilmu, yaitu mengenal sesuatu sesuai dengan esensinya,[3] dan pengertian khulk,yaitu budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat seperti yang tersebut diatas, maka Ilmu Akhlak, dilihat dari sudut etimologi, ialah upaya untuk mengenal budi pekerti, perangi tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai dengan esensinya.
Dilihat dari sudut terminologi, di dalam Al-mu’jam dikatakan:
علم الأخلاق علم موضوعه أحكام قيمته تتعلق بالأعمال التي توصف بالحسن و القبج.
“Ilmu akhlak adalah ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk”.
Ahmad Amin menerangkan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa-apa yang harus diperbuat.
Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlak antara lain:
a.       Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
b.      Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terkahir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka
Dari pengertian di atasa dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk alam sekelilingnya dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral.
2.2     Pengertian Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf secara etimologi terdiri atas beberapa pengertian, sebagai berikut:[4]
a.       Tasawuf berasal dari istilah yang di konotasikan dengan ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang pada massa rosululloh yang hidupnya di isi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid, Dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada alloh.
b.      Tasawuf itu barasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau woll.
Ilmu tasyawuf secara istilah telah banyak di formulasikan pula oleh ahli yang satu dengan yang lainya berbeda, sesuai dengan seleranya masing – masing.
Pertama, menurut Muhammad Ali Al Qassab. Ia memberikan ulasa, “tasawuf adalah akhlak mulia yang timbul pada watu mulia dari seorang yng mulia di tengah – tengah kaum yang mulia pula”.
Kedua, menurut Ma’ruf Al Kurkhi. Ia mengungkapkan, “ tasawuf adalah mengambil hakikat dan tidak berharap terhadap apa yang ada di tangan mahluk”.
Ketiga, menurut Al- Junaidi. Ia mendefinisikan, “tasawuf adalah membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal ( insting) kita, memadamkan sifat sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat–sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu–ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang teguh janji dengan allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh rosulalloh dalam hal syariat.
            Berdasarkan pengertian–pengertian di atas, kita dapat meringkas pengertian tasawuf sebagai berikut:
“Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha membersihkan diri berjuang memerangi hawa nafsu, salig mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat Rosulalloh dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-Nya”
2.3     Pengertian Ilmu Tauhid
Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid (Kalam) ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut:
هو علم يتضمن الحجج عن العقائد الإمانية بالأدلة العقلية.
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang aqidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional”[5]
Dari pernyataan Ibnu Khalun di atas dapat kita ketahui bahwa perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.
2.4     Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Para ahli Ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki, dan ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia. Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Pada tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran, karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat pada kalangan filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya. Selanjutnya pada tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dengan akhlak yang buruk), tahalli (menghiasinya dengan akhlak terpuji), tajalli (terbukanya dinding penghalang (hijab) yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Ilahi tampak jelas padanya. Sedangkan pada tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliah atau wirid, yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat. Dengan mengamalkan tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaki atau amali, seseorang dengan sendirinya berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu ia lakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena terpaksa.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa al-Qur’an dan al-hadis mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan al-hadis menekankan kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong –menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berpikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan kedalam dirinya dari semasa ia kecil.
Sebagaimana diketauhi bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, zikir, dan lain sebagainya, yangsemuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencega orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-takhalluq bi akjlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-ittishab bi shifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah.
2.5     Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid merupakan hubungan yang bersifat berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid terlebih dahulu kita mengingat kembali apa pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid. Menurut Ibn Maskawih Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbamgan, sedangkan Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang membahas tentang cara-cara mengEsakan Tuhan sebagai salah satu sifat yang terpenting diantar sifat Tuhan lainnya
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid dapat dilihat melalui beberapa analisis, yaitu :
a.       Dilihat dari segi obyek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di atas membahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan sehingga perbuatan yang dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia.
b.      Dilihat dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Misalnya jika seseorang beriman kepada malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan, percaya kepada malaikat juga dimaksudkan agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan Tuhan. Dengan cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak yang mulia
Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat antara Tauhid dan Akhlak.












BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat antara Tauhid dan Akhlak.
















DAFTAR PUSTAKA
Ma’luf, Luis, Kamus Al-Munjid, Beirut: Al-Maktabah Al-Katuliyah, tt.
Rochimah dkk, Ilmu Kalam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011.
Rosihun, Muhammad, Anwar, Rasihon, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Yunus, Abd. Hamid, Da’irab al-Ma’arif II, Cairo: Asy Sya’b, tt.



[1] Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah Al-Katuliyah, t.t), hlm. 194.
[2] Abd. Hamid Yunus,Da’irab al-Ma’arif, II Asy Sya’b, Cairo, t.t.,hlm. 436
[3] Luis Ma’luf, op cit., hlm. 551
[4] Rosihun, Muhammad, Anwar, Rasihon, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm: 11
[5] Rochimah dkk, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm: 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar