Kamis, 02 Oktober 2014

Humor



Humor


Becak Vs Tander
By: Edi Purwanto (AS H1)

Ada seorang laki-laki dengan memakai baju yang bagus dan mengendarai sepada motor tander yang tanpa sengaja menyerempet sebuah becak. Akhirnya tukang becak pun marah dan memanggil pengendara Tander itu.
Tukang Becak                       :    Heh kamu, ayo turun jangan mentang-mentang kamu pakek Tander trus bisa nyerempet sembarangan, kamu kira ini jalan milik kakamu. (dengan sura lantang dan menujuk kearah pengendara Tander Itu).
Pengendara Tander             :    Jangan marar-marah pak, saya kan gak sengaja nyerempet becak bapak. Jalan ini memang bukan milik kakek saya tapi juga bukan milik kakeknya bapakkan?. (membalasa dengan suara lantang)
Tukang Becak                       :    Ini sudah salah masih ngomong kasar. Gak tau diajari sopan santun ya, atau mentang-mentang kamu pakek tander saya pakek becak?. (semakin marah)
Pengendara Tander             :    kan bapak yang mulai duluan. Memang saya lebih keren dari pada situ.
Tukang Becak                       :    Oh gitu, ayo kita balapan. Jaangan kira aku takut dengan Tander mu. Ini becak sudah turun temurun dari kakek saya. (menantang pengendara Tander dengan penuh percaya diri).
Pengendara tander              :    Ok siapa takut. (juga menjawab dengan percaya diri).
Tukang Becak                       :    Jalur balapan kita harus Panjang yaitu sampai kantor polisi yang kira-kira jaraknya 5 KM dari sini.
Pengendara Tander             :    siapa takut, ayo kita mulai
Balapan pun dimulai. Pengendara sepeda motor jauh di depan. Namun, si tukang becak tak mau kalah. dengan semangat dia mengayuh becaknya, hingga sampai pada lampu merah yang kira-kira 4 dari tempat Start tadi.  Dia mampu menusul pengengendara Tander . Karena lampu merah mereka pun berhenti. Tak lama kemudian terdengan suara letusan yang sangat keras “Dorrr”.
Tukang Becak                       :    Apa itu yang meletus, Banmu ya?
Pengendar Tander               :    bukan, banmu paling?
Tukang becak                       :    enggak.
            Mereka pun bingung mencari-cari apa yang meletus. Dan setelah bebara saat kemudian. Ternyata yang meletus adalah betisnya si tukang becak karena terlalu jauh mengayuh becaknya.





















Sopir Angkot yang Dermawan
By: Edi Purwanto (AS H1)

           
Ada seorang ibu yang berjjalan di jalan raya hendak menuju pasar dengan barang dagngannya yang banyak. Kemudian terlihat angkot dari belakang dan dia menyetopnya.
Sopir Angkot : Ayo naik angkot gratis.
Ibu                     :      Beneran ini gratis?
                                 (tanya ibu itu dengann keheranan)
Sopir Anngkot    :      Iya Bu, gratis naik angkot ini.
Ibu                     :      Terima kasih kalau gitu
Sopir angkot      :      Ok bu.
Kemudian sopir angkot melanjutkan perjalanannya sambil berteriak-teriak “Naik angkot gratis”. Mendengar kata gratis, banyak orang yang naik angkot itu. Hingga akhirnya sampai di pasar.
Sopir Angkot      :    para penumpang yang terhormat, kini kita sudah sampai di pasar. Monggo turun.
Penumpang       :    Terima kasih pak. (lansung mau turun)
Sopir Angkot      :    Eits, bayar dulu 100 ribu
Penumpang       :    lho katanya tadi gratis. Lagian ini kan dekat kok samapi 100 ribu
Sopir Angkot      :    Tadi kan saya Bilangnnya “ Naik angkot gratis bukan turun angkot gratis”, jadi turunnya tidak gratis. Penumpang yang terhormat harus bayar sebesar 100 ribu.







Kura-kura  Dalam Dapur
By: Edi Purwanto (AS H1)


Bu Sutiya adalah orang madura asli. Hari ini dia akan kedantangan tamu dari jakarta. Oleh karena itu, Bu Sutiya membersihkan dapurnya. Sementara pak Ahmad, suami Ibu Aminah menunggu tamunya datang di ruang tamu. Selang beberapa saat kemudian datnglah tamu yang ditunggu-tunggunya.
Tamu            : Assalamualaikum
Pak Ahmad   : Waalaikumsalam Wr. Wb. Silahkan masuk.
Tamu            : Iya pak, terima kasih.
Pak Ahmad   : Ibu, tamu kita sudah datang tolong bikinkan kopi
Ibu                : Iya, tunggu Kura-kura ini pak
Tamu            : Masak ada kura-kura di dapur bu?
Ibu                : Iya betul, ini kura-kura.
Pak Ahmad   : Jangan bohong bu, sejak kapan ada kura-kura di dapur?
Ibu                :  Ah bapak ini gak percayaan. Beneran pak, ini kura-kura
Pak Ahmad   : (Karena penasaran akhirnya begegas menuju Dapur). “ lhohh! mana bu katanya ada kura-kura.
Ibu Ahmad    : Ini lo pak, ibu lagi kura-kura
Pak Ahmad   : Hahaha (tertawa terbahak-terbahak).
                        Itu bukan kura-kura bu. Tapi ibu lagi cuci piring. Makanya, kalau tidak bisa bahasa Indonesia tidak usah dipaksain.
Ibu                : Hehe (tersipu malu)





Warung Makan
By: Edi Purwanto (AS H1)

Namaku Safi’i tapi biasa dipanggil Fi’i. Aku  tinggal di desa kecil dan terpencil di pulau Madura. Hingga suatu ketika, Aku pergi merantau ke Surabaya. Sesampainya di terminal Bungurase Surabya, perutku terasa lapar. Akhirnya sya menghampiri sebuah warung makan.
Aku        : Makan pak.
Penjual  : Iya maz, mau makan apa?
Aku        : Sate 100 tusuk PAK.
Penjual  : Satenya entek maz.
Aku        : Iya Pak. (Aku berfikir dalam hati “Wah kebetulan ni penjualnya orang Madura juga”.
              Aku pun akhirnya menunggu. Namun sekian lamnya aku menunggu tetap satenya kok gak datang-datang. “Pak Satenya 100 tusuk” aku kembali bertanya setelah menunggu lama. Penjual pun menjawab “Satenya entek Maz”. “Iya pak” jawabku. Kira-kira 3 jam menunggu tapi tetap saja penjual itu tidak menghantarkan sate untukku. Tiba-tiba temenku menghampiriku
Temenku : Ngapain aja kamu kok lama banget?.
Aku          : Ini aku lagi pesan sate.
Temenku : Cuma nunggu sate kok sampai 4 jam?
Aku          : Gak tau. Aku disuruh nunggu dari tadi.
Temenku : Emang penjualnya bilang apa?
Aku          : Dia bilang “Satenya entek maz”. Jadi ya aku tunggu. Tapi lama gak dateng-dateng satenya
Temenku : Astaghfirullah...! itu maksudnya bukan suruh tunggu. Entek yang dimaksud bapak itu bukan bahasa Madura tapi bahasa Jawa yang artinya Entek=Habis.
Aku          : Haah. (>>>> tersipu malu<<<<<<).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar