Antara Takut dan Cinta atau Karena Dosa dan Pahala
Oleh: Edi Purwanto
Apa itu takut dan cinta?
Antara takut dan cinta merupakan dua hal yang sangat berbeda. Kita tidak akan cinta kalau kita masih merasa takut. Dan ketika kita merasa takut maka cinta akan sulit datang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata takut diartikan sebagai merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Sedangkan cinta merupakan perasaan sangat suka atau sangat sayang.
Dari pengertian tersebut, sudah sangat jelas perbedaan antara takut dan cinta. Rasa takut akan menghasilkan sebuah rasa gentar atau ngeri sehingga akan menimbulkan persaan seseorang atau yang merasa takut untuk menghindari hal atau sesuatu yang menjadi sumber rasa takut tersebut. Contoh : semisal seseorang takut terhadap api karena bersifat panas dan dapat membakar sesuatu yang ada didekatnya. Maka tindakan yang akan dilakukan orang tersebut adalah menjauhi api itu atau bahkan menjauhkan api darinya.
Berbeda dengan cinta, cinta merupakan perasaan sangat suka atau sangat sayang, sehingga tindakan yang di hasilkan dari rasa cinta ini adalah berusaha mendekati sumber cinta atau sesuatu yang memicu timbulnya rasa cinta. Salah satu contoh kongkrit adalah rasa cinta kepada isteri atau suami. Jika kita benar-benar memiliki rasa cinta terhadapnya, maka kita selalu berusaha didekatnya dan akan merasa khawatir jika jauh darinya.
Bagaimana dengan proses penghambaan kita kepada Allah S.W.T.?
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Alquran Surah Al Dzariyah ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar menyembah kepadaku.
Dari ayat tersebut, terdapat tugas pokok utama jin dan manusia yaitu menyembah Allah SWT. Yang telah menciptakannya. Dari perintah menyembah Allah, maka muncullah larangan dan perintah. Larangan akan berimabas kepada dosa yang akan berujung ke neraka. Sedangkan perintah jika dilaksanakan akan berimbas kepada pahala yang akan berhulu kepada surga. Dua hal tersebut (pahala dan dosa) yang kerab kali mempengaruhi keihklasan dalam beribadah, baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut ini:
Ketaatan berdasarkan rasa takut
Menyembah Allah bisa juga diartikan dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Namun tidak sesederhana itu. Berikut adalah contoh cerita dan sekaligus analogi mengenai penghambaan yang didasarkan rasa takut.
Ketika seseorang berjalan ditempat yang sepi dan tiba-tiba muncul begal menghadang dengan sebilah pisau ditangannya. Kemudian begal tersebut memerintahkan orang itu untuk menyerahkan barang berharga yang dimilikinya. Begal itu juga melarang kita untuk berteriak dan meminta pertolongan. Karena kita takut dengan ancaman itu, akhirnya kita menurutinya dengan tidak berteriak dan menyerahkan barang berharga milik kita dengan harapan agar nyawa kita tidak melayang sia-sia.
Dari cerita diatas, merupakan salah satu contoh bentuk kepatuhan yang didasarkan pada rasa takut. Ketika begal menyuruh diam, orang itupun ikut diam. Dan ketika begal menyuruh meyerahkan barang berharga yang dimilikinya, orang tersebut menyerahkannya, walaupun dengan berat hati. Kepatuhan seperti ini juga sering terjadi pada prsoses penghambaan terhadap Sang Kholiq. Kadang kala sebagai seorang hamba menjauhi segala laranganNya hanya karena takut terhadap dosa yang mengakibatkan siksa api neraka. Dan terkadang seorang hamba melaksanakan segala perintah Allah hanya kerena ingin mendapatkan pahala sehingga dimasukkan kedalam surgaNya. Hamba jenis ini dapat disebut dengan Hamba Materialistik. Sifat pengahambaan yang seperti ini akan sulit mentautkan hatinya selalu kepada Allah. Hal ini memang tidak selamanya jelek, namun juga tidak baik jika terus menerus di lakukan karena akan tidak ada bedanya dengan kepatuhan kepada penjahat atau perampok.
Allah berfirman dalam Alquran Surah An-nisa’ ayat 125:
Artniya: dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia pun berbuat kebajikan.
Ketaatan berdasarkan rasa cinta
Perhatikan analogi tentang kepatuhan seorang hamba yang didasarkan dengan perasaan cinta.
Saat kita memiliki kekasih hati baik itu isteri atau suami. Maka dengan sukarela akan melaksanakan apa yang disuruhnya, walaupun sebenarnya kita dalam keadaan sibuk. Dan tidak jarang juga kita meningggalkan sesuatu karena dilarang oleh sang kekasih hati. Apapun yang kita kerjakan untuknya, tidak pernah sedikitpun meminta balasan. Bahkan kita akan berusaha selalu dekat dengannya. Dan mengingatnya dikala jauh dengan kita. Bukankah hal tersebut lebih indah jika kita terapkan terhadap proses penghambaan kepada Allah SWT. Dengan didasarkan pada rasa cinta, maka kita akan bergegas melaksanakan segala perintahNya hanya demi mendapatkan kasih sayang dan CintaNya. Bukan hanya sekedar mengharapkan pahala dan surgaNya, hamba yang seperti ini akan senantiasa mendekatkan diri kepada RabNya. Serta merasa khawatir ketika jauh dariNya. Perhatikan gambar berikut untuk memahami secara ringkas perbedaan antara patuh yang didasari dengan rasa takut dan patuh yang didasari dengan rasa cinta.
Dari dua analogi yang sudah dijelasakan, silahkan memilih. Melakukan proses penghambaan dengan rasa takut yang akan membuat kita menjauh atau menghamba dengan penuh rasa cinta sehingga kita selalu ingin dekat dengan-Nya.